Religi

Jelang Hari Raya Nyepi, Ribuan Umat Hindu di Kediri Gelar Upacara Melasti di Waduk Siman.

KEDIRI – POROSNEWS.CO

Ribuan umat Hindu di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, menggelar upacara Melasti di Waduk Siman pada Rabu (26/3/2025). Upacara ini dilakukan sebagai persiapan menjelang perayaan Hari Raya Nyepi yang jatuh pada Sabtu (29/3/2025) mendatang.

Umat Hindu mulai berdatangan ke lokasi sejak pukul 07.00 WIB dengan mengenakan pakaian adat Bali yang khas yakni kebaya, sementara untuk laki-laki memakai udeng.

Setelah itu, umat Hindu pun bergerak menuju sisi selatan Waduk Siman, tempat berlangsungnya ritual Melasti. Upacara ini dimulai sekitar pukul 10.30 WIB dengan pembacaan doa-doa yang dipimpin oleh para pandita.

Melasti di Waduk Siman diakhiri dengan prosesi larung sesaji, yang dilakukan pada pukul 12.00 WIB. Belasan sesaji yang terdiri dari hasil bumi hingga hewan, dilarung ke aliran waduk.

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Kediri, Juliono, kepada awak media, mengatakan, bahwa
Melasti menjadi salah satu ritual penting dalam agama Hindu untuk menyucikan diri dan alam semesta sebelum memasuki tahun baru Saka 1947.

Menurut Juliono, ritual berjalan lancar dan penuh khidmat, di mana seluruh umat Hindu memanjatkan doa agar kehidupan mereka dan alam semesta selalu diberkahi.

“Kegiatan ini adalah rangkaian dalam perayaan Nyepi untuk membersihkan alam dan diri sendiri,” ucapnya.

Ritual ini, lanjutnya, adalah simbol pembersihan dan pengucapan syukur kepada Tuhan atas segala karunia yang telah diberikan.

Masih menurut Juliono, upacara Melasti kali ini diikuti oleh sekitar seribu lebih umat Hindu yang berasal dari seluruh wilayah di Kabupaten Kediri. Jumlah ini menurutnya lebih banyak dari tahun sebelumnya. Mereka sangat antusias mengikuti ritual di lokasi yang penuh nilai sejarah ini.

“Tak dipungkiri juga ada Umat dari wilayah Kabupaten tetangga, (seperti) daerah Kasembon Malang,” ujarnya.

Selain prosesi Melasti, lanjut Juliono, umat Hindu juga akan melanjutkan rangkaian perayaan Nyepi dengan kegiatan Tawur Agung Kesanga pada Jumat (28/3/2025) nanti.Dilanjutkan dengan menggelar pawai ogoh-ogoh yang menjadi simbol pengusiran roh jahat berpusat di Perempatan Tugu Garuda Pare.

Pawai ini juga menjadi bagian dari tradisi yang selalu ditunggu setiap tahunnya oleh umat Hindu di Kediri.

Momen ini juga menjadi kesempatan untuk mempererat hubungan antar umat beragama. Dalam sebuah forum komunikasi antar umat beragama, Juliono menuturkan bahwa butuh waktu sekitar 25-30 tahun perayaan Nyepi dan Idul Fitri berjalan bersamaan seperti saat ini. Kedua momen tersebut berjalan dalam suasana yang sangat harmonis.

“Meskipun berbeda keyakinan, kami bisa tetap bersinergi dengan umat Muslim. Perayaan Idul Fitri dan Nyepi tidak saling mengganggu, malah kami saling mendukung dan menghormati,” ungkapnya.

Di tengah perayaan Nyepi dan melasti, Juliono juga menyinggung tentang Hari Jadi Kabupaten Kediri yang ke-1.221. Menurutnya, ajaran agama Hindu mengajarkan umatnya untuk menghormati pemerintah dan mengikuti peraturan yang ada.

“Kami sebagai umat Hindu merasa bangga bisa berpartisipasi dalam peringatan Hari Jadi Kabupaten Kediri, yang sekaligus menjadi kesempatan untuk terus mendukung pembangunan dan menjaga keharmonisan di antara umat beragama,” katanya.

Bagi umat Hindu, lanjutnya lagi, perayaan Nyepi bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga sebuah momen refleksi diri untuk memperbaiki kualitas hidup dan menjaga hubungan yang harmonis dengan sesama serta alam.

“Melalui upacara Melasti ini, kami berharap dapat memperoleh kedamaian dan kebahagiaan, serta diberikan kesehatan oleh Tuhan Yang Maha Esa,”tutupnya.

Seperti diketahui, Waduk Siman dipilih sebagai tempat pelaksanaan ritual Melasti, karena memiliki nilai historis yang sangat kuat bagi masyarakat Kediri, khususnya umat Hindu.

Sebagai hulu yang mengalirkan air ke Sungai Harinjing, Waduk Siman juga terhubung dengan sejarah panjang Kabupaten Kediri. Di area ini terdapat Prasasti Harinjing yang menceritakan pemberian tanah perdikan atau tanah bebas pajak kepada Bhagawanta Bari dan keturunannya.

Prasasti ini juga menjadi sumber sejarah yang mengacu pada Hari Jadi Kabupaten Kediri, yang diperingati setiap tahunnya pada tanggal 25 Maret. (Tim).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *