SosBud

Prosesi Pembakaran Hal-Hal Negatif Menyambut Hari Kebangkitan Budi Utomo

KEDIRI – POROSNEWS.CO

Ada tradisi yang unik dalam acara Tasyakkuran Hari Nasional Kebangkitan Budi Utomo di Situs Rumah Persada Sukarno di Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Senin (19/5/2025) malam.

Tradisi unik itu membakar hal-hal negarif untuk bangsa dan negara demi kebangkitan Indonesia menuju Indonesia Emas 2045. Prosesi ritual ini dihadiri beberapa tokah lintas agama dari Islam, Kristen, Hindu, Budha dan Kejawen.

“Setiap orang yang hadir kita beri kertas kosong putih, kemudian semua kita persilahkan untuk menuliskan hal-hal negatif dan hal-hal positif. Baik untuk dirinya, keluarga bangsa dan negara. Kemudian hal-hal yang negatif kita bakar dan yang positif kita doakan bersama,” ujar Lukito Sudiarto, Ketua Pantia Tasyakkuran Hari Nasional Kebangkitan Budi Utomo.

Pria yang juga Ketua DPC Persaudaraan Cinta Tanah Air Indonesia Yang Dijiwai Manunggalnya Keimanan dan Kemanusiaan ini mengatakan, seperti pada acara hari-hari besar nasional sebelumnya para tokoh pemuka agama dari Islam, Hindu, Budha, Kristen dan kejawen hadir.

Sementara Kushartono, Ketua Harian Situs Persada Sukarno berharap agenda ini bisa menjadi sarana edukasi untuk generasi muda.

“Kunci sukses setiap orang termasuk generasi muda yang ingin sukses bahkan kunci keberhasilan setiap bangsa adalah mengenali jati dirinya. Mengenali segala potensi positif dalam dirinya sekaligus memahami kekurangan, kelemahan, termasuk sifat-sifat dan hal-hal negatif dalam dirinya. Nah hal positif yang menjadi kekuatan harus terus dikembangkan dan hal-hal negatif harus ditinggalkan. Simbolnya kita bakar, dari sinilah kita akan bangkit,” ungkapnya.

Kushartono berharap tasyakuran Hari Nasional Kebangkitan Budi Utomo tidak hanya sekedar pengingatan. Dengan acara ini akan lebih bermakna dan menumbuhkan semangat untuk memperbaiki diri menyongosong Indonesia Emas 2045.

“Jangan lagi selalu mengatakan Indonesia cemas, kita harus berfikir positif dan berusaha keras Indonesia Emas 2045,” jelas pria yang juga Ketua Bidang Diklat Pesantren Jatidiri Bangsa Indonesia Merajut Perdamaian Nusantara.(dim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *