Uncategorized

Seminar Hari Santri Dan Sumpah Pemuda Di Ponpes Wali Barokah: Santri Harus Berkontribusi Demi Meraih Indonesia Emas

KEDIRI – POROSNEWS,CO

Pondok Pesantren Wali Barokah Kota Kediri menggelar seminar memperingati Hari Santri Nasional dan Hari Sumpah Pemuda pada Kamis (23/10). Acara dihadiri oleh berbagai tokoh dan pejabat daerah, di antaranya Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Kediri Bambang Priyambodo, Kepala BNN Kota Kediri Bambang Yuda Wirawan, Kepala Kemenag Kota Kediri Zamroni, serta Kapolsek Pesantren, Komandan Koramil Pesantren, dan  lebih dari 800 santri turut memadati aula utama pesantren dalam kegiatan tersebut.

Ketua Pondok Pesantren Wali Barokah, Drs. H. Sunarto, M.Si., dalam sambutannya menekankan pentingnya meneladani semangat perjuangan para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Menurutnya, resolusi jihad yang dikeluarkan pada masa perjuangan merupakan tonggak penting peran santri dalam mempertahankan kedaulatan bangsa.

“Para santri yang lahir di atas tahun 2000 adalah generasi yang beruntung. Mereka harus melanjutkan cita-cita para pahlawan terdahulu,” ujar Sunarto.

Ia menambahkan, semangat persatuan yang diwariskan para pejuang harus terus dijaga oleh generasi muda. “Konsep bersatu sudah diteladani sejak dahulu. Kalau tidak bersatu, kita tidak akan bisa mencapai cita-cita bersama,” katanya. Sunarto juga menegaskan pentingnya kesungguhan dan komitmen generasi muda untuk mewujudkan visi dan misi kemerdekaan tahun 1945.

“Saya berharap santri-santri di Pondok Pesantren Wali Barokah mampu berkontribusi nyata dan menjadi bagian dari Indonesia Emas 2045,” pungkasnya.

Momentum Hari Santri dan Hari Sumpah Pemuda ini diharapkan mampu memperkuat semangat kebangsaan sekaligus menumbuhkan kesadaran generasi muda untuk menjadi insan berilmu, berakhlak, dan berdaya saing. “Melalui kegiatan ini, para santri Wali Barokah bertekad menjadi garda terdepan dalam menjaga moral bangsa serta menyongsong Indonesia Emas 2045, ungkap Sunarto.

Sementara itu, Bambang Priyambodo, SH., MM., Kepala Dinas Budparpora Kota Kediri, dalam paparannya mengingatkan kembali sejarah 22 Oktober 1945 ketika KH. Hasyim Asy’ari mengeluarkan Resolusi Jihad sebagai seruan untuk membela tanah air dari penjajah.

“Resolusi jihad adalah kewajiban membela tanah air, hukumnya fardhu ain bagi setiap muslim yang mampu,” ujarnya di hadapan para santri.

Bambang menyampaikan bahwa jihad pada era modern bukan lagi dalam bentuk peperangan fisik, melainkan jihad intelektual, perjuangan melawan kebodohan dan kemalasan berpikir. Ia mendorong para santri untuk menjadi agen perubahan dan inovasi di tengah kemajuan zaman.

“Kalian adalah penerus generasi bangsa, maka jadilah agen inovasi. Santri harus mencecep (menimba) ilmu tentang keduniaan dan keakhiratan sekaligus,” tegasnya.

Menurut data Kementerian Agama tahun 2025, terdapat 42.391 pondok pesantren di Indonesia dengan jumlah santri mencapai 1.387.687 orang. Bambang menilai, banyaknya pesantren tersebut merupakan simbol kekuatan dan penjaga keutuhan NKRI.

“Artinya, panjenengan semua adalah penjaga NKRI,” tandasnya.

Ia juga mengingatkan agar santri mewaspadai tantangan zaman, seperti penyebaran hoaks, pinjaman online ilegal, dan investasi bodong. “Alhamdulillah, Ponpes Wali Barokah tidak ada yang terjebak pinjol,” katanya disambut tepuk tangan hadirin. Menurut Bambang, untuk menghadapi krisis moral, para santri harus memperdalam ilmu agama, bersikap tawadhu kepada guru dan kiai, serta tidak mudah terpengaruh arus informasi yang menyesatkan.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala BNN Kota Kediri, Bambang Yuda Wirawan, SE., MM. mengingatkan bahaya tiga kejahatan luar biasa (extraordinary crimes) di Indonesia, yakni korupsi, terorisme, dan narkoba. Ia menegaskan bahwa ketiga hal tersebut harus diwaspadai karena dapat menghancurkan masa depan generasi muda.

Salah satu cara membentengi diri agar tidak terjerumus adalah dengan meningkatkan keimanan. “Orang tua kita pasti ingin anaknya kuat imannya dan tidak terpengaruh oleh narkoba,” tutur Bambang Yuda Wirawan.

Ia juga menjelaskan ciri-ciri pengguna narkoba yang mudah dikenali, seperti perubahan fisik menjadi lebih kurus, mudah marah, sulit mengendalikan emosi, serta mengalami kesulitan berinteraksi sosial. “Kalau berkumpul dengan banyak orang seperti sekarang ini, biasanya mereka merasa tidak nyaman,” ujarnya di hadapan ratusan santri.

Sementara itu, Kepala Kemenag Kota Kediri, Zamroni, S.Ag., M.Pd., menyampaikan bahwa santri memiliki peran penting sebagai murid kiai yang dididik dengan kasih sayang untuk menjadi mukmin yang kuat.

“Santri tidak boleh goyah imannya oleh pergaulan, kepentingan, atau perbedaan. Mereka harus menjaga tradisi, tetapi juga siap menjadi pusat peradaban dunia,” kata Zamroni.

Ia juga menegaskan pentingnya kesederhanaan di tengah budaya konsumtif, sikap tawadhu di era ego digital, serta toleransi di tengah maraknya politik identitas. “Nilai-nilai pesantren harus menjadi pondasi moral dalam menghadapi tantangan zaman,” tambahnya.

Acara seminar yang dihadiri perwakilan dari Disbudparpora, BNN, Kemenag, Camat, Kapolsek, dan Danramil Kota Kediri tersebut berlangsung khidmat dan interaktif. Para santri antusias mengikuti setiap sesi dan aktif berdialog dengan narasumber.(son)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *