Wujudkan Swasembada Pangan, Kabupaten Kediri Inisiasi Progam Listrik Masuk Sawah
KEDIRI – POROSNEWS.CO
Wajah Sutrisno (55) petani tebu warga Desa Ngablak, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur terlihat berseri-seri menyambut musim tanam tebu tahun 2025 di kebunnya seluas 250 ru.
Kegembiraan Sutrisno tidak lepas dari telah terpasangnya mesin pompa electric submersible pump atau sumur pompa air dalam tenaga listrik yang bakal mengaliri lahan tanaman tebu. Progam listrik masuk sawah ini diinisiasi Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana.
Sebelumnya lahan Sutrisno dan sejumlah petani lainnya di Desa Ngablak masih mengandalkan mesin pompa disel. Biaya operasional mesin disel juga besar dalam seminggu operasional butuh sekitar 30 liter solar. “Kalau kemaraunya semakin panjang, solarnya juga semakin banyak,” tuturnya.
Namun dengan adanya submersible, Sutrisno dan petani tebu lainnya tidak lagi mengoperasikan mesin disel untuk pengairan tanaman tebu. Karena pengairan dapat dipenuhi dengan mesin pompa tenaga listrik yang telah masuk ke kebun petani.

Dari hitungan ekonomi, operasional submersible juga lebih ekonomis dibanding mesin disel dengan bahan bakar solar. Apalagi submersible yang mengairi lahan tebu kelompoknya merupakan bantuan dari BUMN bernama Progam Irigasi Manis yang disalurkan melalui Pemkab Kediri. “Ini pompanya dibangun gratis, progam ini sangat membantu petani ,” ujarnya.
Progam Irigasi Manis membangun sumersible sebanyak 5 titik yang tersebar di Desa Ngablak, Jabon dan Sonorejo. Satu sumersible dapat mengairi 5 sampai 6 hektar lahan dan potensi peningkatan hasil panen tebu mencapai 20 ton per hektar.
Selain itu juga lebih ekonomis karena jika menggunakan pompa Alkon bensin butuh biaya Rp 13.050 per jam, pompa Alkon elpiji Rp 6.166 per jam dan pompa sumersible hanya Rp 1.214 per jam.
Sutrisno memiliki 60 anggota petani tebu dan palawijo berharap dengan keberadaan submersible lahan pertanian kelompoknya tidak lagi kesulitan air saat musim kemarau. “Masalah kami setiap tahun selain pasokan pupuk, kalau musim kemarau butuh air untuk mengairi lahan tebu,” ungkapnya.
Sehingga keberadaan submersible dengan aliran listrik yang masuk kebun petani salah satu masalah yang selama ini dihadapi petani tebu bakal terselesaikan. “Pembuatan submersible ini dibantu pemerintah,” jelasnya.
Rasa syukur juga disampaikan Latif (50) petani tebu lainnya yang mengaku merasakan kehadiran pemerintah yang langsung membantu masalah petani dalam memenuhi kebutuhan pengairan.
Karena progam listrik masuk sawah sangat dirasakan manfaatnya oleh petani, baik petani tebu maupun petani padi dan jagung. “Air itu kebutuhan utama bagi petani, kalau pengairan mudah, tanaman tumbuh subur,” tambahnya.
Diharapkan progam serupa semakin diperluas sehingga lebih banyak petani yang merasakan manfaatnya. Dari data Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Kediri sudah terpasang 309 submersible yang telah dibangun.
Sementara Tohari (48) petani polowijo menambahkan, pembuatan submersible banyak mendapatkan kemudahan dari pihak PLN yang memasang jaringan hingga masuk ke area persawahan dan kebun tebu.
Tidak lama setelah amprah atau mengajukan pemasangan jaringan listrik ke persawahan, petugas dari PLN langsung melakukan survei ke lokasi. Beberapa hari kemudian jaringan listrik sudah terpasang. “Waktu pembuatan sumur dan masuknya jaringan listrik hampir bersamaan,” tuturnya.
Sehingga petugas yang melakukan pengeboran sumur dapat langsung melakukan uji coba mesin pompanya. “Semua biayanya sudah mendapat bantuan pemerintah,” ujarnya.
Bagi petani tebu, petani jagung dan petani padi di Kabupaten Kediri, keberadaan submersible merupakan inovasi baru dalam pengairan pertanian. Sebelumnya petani biasa memakai mesin disel berbahan bakar solar atau bensin.
Bahkan sejumlah petani yang ingin berhemat dalam mengairi lahan pertaniannya ada yang memodifikasi mesin pompa air dengan bahan bakar gas elpiji 3 kg atau elpiji melon subsidi. Sehingga saat kebutuhan pengairan meningkat, pasokan elpiji melon masyarakat banyak berkurang karena dipakai untuk pengairan.
Dengan adanya progam listrik masuk sawah dari Pemkab Kediri, petani selain mendapatkan subsidi biaya juga kemudahan pemasangan instalasi dari PLN. Terlebih saat ini untuk operasional dapat dengan sistem token listrik.
Progam listrik masuk sawah ini merupakan tindaklanjut dari pertemuan Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana dengan jajaran PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Kediri pada, Senin (18 Maret 2024).
Agenda pertemuan yang ditindaklanjuti dengan MoU itu untuk membahas rencana pengembangan program listrik masuk sawah. Karena Bupati Kediri saat berkunjung ke pedesaan sering mendapatkan keluhan masyarakat terkait pemanfaatan listrik untuk pertanian.
Di sejumlah daerah petani telah memanfaatkan operasional sumur pompa submersible guna pemenuhan kebutuhan air pertanian. Kabupaten Kediri juga berupaya menjaga ketahanan pangan seperti tebu, padi dan jagung yang banyak dibudidayakan petani.
“Kalau kita bicara soal ketahanan pangan, mata rantainya panjang sekali dan salah satunya pemenuhan kebutuhan pengairan saat memasuki musim kemarau,” ujarnya.
Sehingga peran PLN sangat dinantikan untuk kelancaran program listrik masuk sawah di Kabupaten Kediri. Diharapkan PLN dapat mempercepat pemasangan jaringan baru serta mendapat keringanan biaya pemasangan dan tarif listrik untuk pertanian.
Dijelaskan Bupati yang akrab disapa Mas Dhito, Pemkab Kediri sedang memetakan kawasan sekaligus menentukan koordinat lokasi untuk pemasangan jaringan listrik baru di area persawahan. Hasilnya akan diserahkan kepada PLN untuk dipelajari dan ditindaklanjuti dengan survei ke lapangan.
Sementara Manager PLN UP3 Kediri Deny Setiawan menyatakan kesiapannya mendukung penuh program listrik masuk sawah di Kabupaten Kediri. “Untuk pelayanan kelistrikan mendukung program pemerintah daerah kami akan all out,” tandasnya.
Dijelaskan, biaya pemasangan listrik untuk mendukung pemerintah melakukan swasembada gula, jagung dan beras juga lebih murah. Pelanggan hanya dikenakan biaya penyambungan, sedangkan biaya tiang listrik beton tidak dibebankan kepada pelanggan.
Sedangkan untuk tarif listrik, nantinya akan menggunakan tarif bisnis yang jauh lebih murah dibandingkan tarif rumah tangga.
Pihak PLN juga telah menindaklanjuti program tersebut dengan melakukan survei ke lapangan untuk memastikan faktor keselamatan dari pemasangan jaringan listrik. PLN harus memastikan lokasi pemasangan tiang termasuk keamanan kondisi kontur tanah.
Sehingga permohonan dari warga akan disurvei untuk pemasangan tiang listrik bagaimana kontur tanahnya.
Sementara Sukadi, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Kediri menjelaskan, pemerintah daerah untuk pengembangan program listrik masuk sawah fokus untuk lahan dengan satu kali atau dua kali dalam satu tahun.
“Kami memetakan daerah yang krisis masuk skala prioritas untuk kelompok tani bukan perorangan. Koordinat titiknya mana saja, kita serahkan ke PLN,” jelasnya.
Sukadi juga menegaskan tidak ada tambahan biaya untuk pemasangan tiang listrik ke persawahan. “Sekarang tidak ada tambahan tiang listrik karena sudah MoU dengan PLN,” ungkapnya.
Di Kabupaten Kediri setelah diidentifikasi, total ada 3.166 titik di 26 kecamatan. Kemudian setelah dicek oleh PLN, hanya 2.581 titik saja yang bisa ditindaklanjuti.
Karena sebanyak 660 titik bisa dipasang jaringan tanpa perluasan, masalahnya jarak titik bor dengan jaringan listrik kurang dari 30 meter. Sedangkan 1.556 titik bisa dibangun jaringan listrik dengan perluasan karena jarak titik bor dengan jaringan listrik lebih dari 30 meter.
Tahun ini kami dapat alokasi bantuan dana CSR untuk membangun 29 sumersible senilai Rp 2,2 miliar. “Bagi petani yang paling berat masalah air. Kami mengajak stage holder untuk membantu membuat sumersible bagi petani mitranya,” jelasnya.(didik mashudi)